Jakarta, 19 Maret 2024 – Di tengah kegaduhan politik selama masa pemilu, VAA Kawula17 hadir untuk membantu pemilih menemukan preferensi kandidat Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan posisi mereka dalam isu sosial-politik. Yayasan PP17 (Pelopor Pilihan17) yang membawahi Kawula17 bersama mahasiswa Universitas Indonesia melakukan survei dampak VAA terhadap pemilih di Indonesia. Hasilnya, meskipun tidak secara langsung mengubah preferensi pilihan, VAA Kawula17 mendorong pengguna untuk berfikir lebih kritis terhadap pilihannya serta mendorong diskusi yang sehat diantara pemilih. Dengan memberikan lebih dari 1,3 juta saran, Kawula17 berhasil mengungkap potensi VAA dalam meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam proses demokrasi deliberatif di Indonesia, yakni dengan mendorong pengambilan keputusan berbasis informasi.

Bagi banyak orang, menentukan pilihan berbasis informasi selama masa pemilu 2024 merupakan hal yang tidak mudah. Untuk menjawab tantangan ini, Kawula17 meluncurkan Voting Advice Application (VAA) untuk membantu pemilih menemukan preferensi partai politik serta kandidat Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan posisi mereka terhadap isu sosial-politik.

Dampak dari VAA Kawula17 terhadap pemilih telah dikaji oleh PP17 dan mahasiswa dari Universitas Indonesia melalui survei impact assessment yang representatif dari seluruh Indonesia. Survei ini dilakukan sebelum dan setelah pemilu di dua kelompok sasaran yang berbeda yaitu kelompok yang menggunakan VAA dan tidak menggunakan VAA.

 

Temuan utama dari impact assessment ini menunjukan beberapa poin menarik. Pertama, terdapat antusiasme yang tinggi dari para pemilih, baik keinginan dalam memilih maupun partisipasi di hari H pemungutan suara. Temuan dari survei juga memperlihatkan bahwa sebagian besar pemilih sudah memiliki preferensi kandidat tertentu sebelum pemilu, yang ditunjukan dengan 70% masyarakat tetap mempertahankan pilihan awal mereka dan 30% mengubah pilihannya.

Menariknya, VAA juga memainkan peran penting dalam mempertahankan pengambilan keputusan terhadap paslon tertentu, khususnya bagi mereka yang memilih pasangan Anies – Muhaimin. VAA juga mendorong penggunanya dalam memperkuat pilihan, terutama mereka yang akhirnya memutuskan untuk memilih Prabowo – Gibran. Hasil survei juga menemukan bahwa saudara (kakak/adik) memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam pengambilan keputusan, terutama bagi mereka yang memilih Anies – Muhaimin dan Prabowo – Gibran, sehingga pendapat kakak/adik nampaknya dianggap sangat penting sebagai pertimbangan dalam memilih kandidat.

Selain itu, VAA juga dapat memfasilitasi pemilih yang mempertimbangkan pilihan berdasarkan isu sosial-politik. VAA juga membantu pemilih lebih terinformasi tentang pengetahuan politik terutama visi dan program kandidat. Secara keseluruhan, meskipun VAA tidak memicu perubahan dalam preferensi pilihan, Kawula17 mampu mendorong individu untuk menilai secara kritis pilihan mereka dan memicu diskusi.

VAA Kawula17 memiliki dampak yang mencolok pada proses pemilu Indonesia. Dengan lebih dari 1,3 juta saran yang diberikan sebelum hari pemungutan suara, alat ini mampu mempromosikan cara memilih yang kritis berdasarkan informasi di kalangan masyarakat Indonesia. Keberhasilan Kawula17 menegaskan potensi VAA untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam proses demokrasi dan pengambilan kebijakan di Indonesia.

Sebagai kesimpulan, pengenalan Voting Advice Application merupakan  langkah yang menjanjikan dalam membentuk masyarakat demokratis yang terinformasi dan deliberatif. Inisiatif seperti Kawula17 mampu memberikan kontribusi yang signfikan dalam memajukan ide-ide demokratis Indonesia.

Survei ini dilakukan oleh Kawula17 bersama mahasiswa Universitas Indonesia. Survei dilakukan kepada dua kelompok yang berbeda yaitu kelompok yang menggunakan VAA (treatment) dan tidak menggunakan VAA (control). Periode pengumpulan data survei dilakukan selama dua periode, sebelum pemilu 6 – 13 Februari 2024 dan sesudah pemilu 15 – 23 Februari 2024. Ukuran sampel representatif sebanyak 384 responden dari seluruh Indonesia dan diikuti oleh responden berusia 17 – 44 tahun dengan margin of error 5%.